Jadikan Hidupmu hari ini lebih bermakna dari hari kemarin, dua hari kemarin, atau bahkan 100 hari kemarin, karna hari inilah hidupmu,dan kemarin adalah kenanganmu.......
RSS

Keselamatan Dalam Al-Quran Dan Injil

Alkitab dan Al-Quran mengemukakan 6 Tindakan yang harus kita ambil supaya dapat diselamatkan dari hukuman neraka dan menerima hidup kekal di sorga selama-lamanya:
 

TINDAKAN PERTAMA - MENCARI JALAN YANG LURUS
Seseorang yang ingin diselamatkan harus sangat rindu untuk diselamatkan dan perlu berdoa supaya Allah menunjukkan jalan keselamatan.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Al-Fatihah 1:6)
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. (Taurat, Mazmur 32:8)
 

TINDAKAN KEDUA - MENEMUKAN SIAPAKAH ISA AL-MASIH
Saudara harus berusaha mengetahui siapakah sebenarnya Isa Al-Masih. Perhatikanlah keterangan di bawah ini.
Hanya Isa Al-Masih lahir dari seorang perawan (Sura Maryam 19:16-34; Injil, Rasul Matius 1:18).
Hanya Isa Al-Masih yang disebut “seorang anak laki-laki yang suci” (Sura Maryam 19:19; Injil, Kisah Para Rasul 4:30)
Hanya Isa Al-Masih diberi gelar “Kalimat Allah” (Sura Al-Imran 3:35, 39; Injil, Rasul Yohanes 1:1).
Hanya Isa Al-Masih merupakan “Tiupan Roh dari Allah” (Sura An-Nisa’ 4:171; Injil, Surat Filipi 1:19).
Hanya Isa Al-Masih diberi gelar Yang Mulia dan Yang Lama dinubuatkan yaitu “Al-Masih” (Sura An-Nisa’ 4:171; Injil, Lukas 24:25-27).
Hanya Isa Al-Masih diberi kehormatan: ”seorang terkemuka di dunia dan di akhirat” (Sura Al-Imran 3:5; Injil, Surat Filipi 2:9-11).
Hanya Isa Al-Masih yang unik di dalam kuasa-Nya untuk mengerjakan mujizat – menyembuhkan orang buta, menyembuhkan orang sopak, menghidupkan orang mati, memberi hidangan dari langit (Sura Al-Imran 3:39; Sura Al Maidah 5:114; Injil, Rasul Matius 11:2-6).
Hanya Isa Al-Masih yang dijadikan oleh Allah “suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami“ (Sura Maryam 19:21; Injil, Lukas 2:34; Injil, Surat Ibrani 2:17; Injil, Surat Titus 3:5).
Hanya Isa Al-Masih yang sekarang sudah pasti berada di surga (Sura Al-Imran 3:55; Injil, Kisah Para Rasul 1:9-11).
Hanya Isa Al-Masih yang akan kembali dari surga sebagai hakim pada hari kiamat (Sura Az Zukhruf 43:69; Injil, Wahyu Rasul Yohanes 1:5-8).
 

TINDAKAN KE-TIGA – MEMPERHATIKAN ISI INJIL
Saudara perlu belajar secara mendalam mengenai arti dan isi Injil (Kabar Baik) yang dibawa Isa Al-Masih ke dalam dunia.
. . . Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada . . . . ‘Isa [Al-Masih] . . . . . (Sura Al-Imran 3:84)
10:94 – (Yunus) Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu [yaitu pengikut Isa Al-Masih]. . . . . (Sura Yunus 10:94)
Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya . . . ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. (Injil, I Korintus 15:2-4)
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi dibangkitkan menurut Roh (Injil, 1 Petrus 3:18).
 

TINDAKAN KE-EMPAT – PERCAYA PENUH BAHWA ALLAH BERSIFAT r-RAHMANI, r-RAHIM (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
Saudara perlu berfokus pada dua nama Allah yang termuat dalam Bismillah yang menggambarkan sifat-sifat Allah yang paling dominan.
Bismillahi r-rahmani r-rahim (Al-Fatihah 1:1)
". . . Tuhanmu berfirman: ’Hal itu adalah mudah bagi-Ku [mengatur kelahiran Isa Al-Masih tanpa Maryam berhubungan dengan seorang laki]; dan agar dapat Kami menjadikannya [kelahiran Isa Al-Masih] suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat [Isa Al-Masih] dari Kami . . . ’" (Surah Maryam 19:21)
“. . . Dia [Isa Al-Masih] telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya . . . . “ (Injil, Surat Titus 3:5).
 

TINDAKAN KE-LIMA - MENGUASAI ARTI PENGORBANAN ANAK IBRAHIM
Saudara perlu mempelajari secara mendalam arti pengorbanan Anak Ibrahim dan berusaha menguasai maknanya.
... Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; ...". Tatkala keduanya telah berserahdiri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis-(nya) ... [Allah] panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu ... Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan [kambing] yang besar [noble, mulia]." (Surat (37) Ash Shaffaat Ayat 102-107)
Setiap tahun umat Islam merayakan Eid-al-Adha. Dalam beberapa negara pada saat kambing atau domba disembelih semua laki-laki dalam keluarga berkumpul mengelilingi korban dan meletakkan tangan mereka di atas korban. Kepala keluarga menyebut nama-nama anggota keluarga yang tidak hadir. Maksudnya penyembelihan binatang ini akan berfungsi sebagai pengampunan dosa keluarga dan nama-nama orang yang disebut. Sesudah kepala keluarga berdoa, korban disembelih.
Menurut Kitab Injil “seekor sembelihan” yang dikorbankan Ibrahim dan korban yang disembelih setiap Eid-al-Adha oleh umat Islam menunjukkan kepada Isa Al-Masih, Anak Domba Allah.
[Nabi Yahya Pembaptis berkata] "Lihatlah Anak Domba Allah [Isa Al-Masih], yang menghapus dosa dunia. (Injil, Rasul Yohanes 1:29)
. . . Anak Manusia [Isa Al-Masih] datang . . . untuk . . . menjadi tebusan bagi . . . orang." (Injil, Rasul Matius 20:28)
. . . [Isa Al-Masih] telah mati karena dosa-dosa kita . . . (Injil, I Korintus 15:3)
. . . . [Isa Al-Masih] mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa . . . (Injil, Surat Ibrani 9:28)
Ia [Isa Al-Masih] sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib . . . (Injil, Surat I Petrus 2:24)
. . . [Isa Al-Masih] telah mati sekali untuk segala dosa kita . . . (Injil, Surat I Petrus 3:18)
Isa Al-Masih adalah korban Eid yang Allah berikan untuk dihukum ganti kita supaya kita dapat menerima pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
 

TINDAKAN KE-ENAM – DALAM DOA PENUH KHIDMAT MENYERAHKAN DOSA KITA KEPADA KORBAN YANG ALLAH SEDIAKAN, YAITU ISA AL-MASIH
Seperti keluarga meletakkan tangan pada korban Eid, Saudara juga harus meletakkan tangan kita demi iman pada Isa Al-Masih dan percaya bahwa ia menanggung dosa Saudara pada kayu salib dan demikian dapat mengampuni Saudara dari dosa.
1. Dalam doa akuilah dosa-dosa Saudara satu per satu kepada Allah dan berjanji pada Allah bahwa Saudara akan berhenti (bertobat) dari dosa-dosa itu.
2. Dalam doa minta Isa Al-Masih membersihkan dosa-dosa itu dari hati Saudara dengan darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib buat Saudara.
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia (Allah) adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita (dengan darah tumpahan Isa Al Masih) dari segala kejahatan" (Injil, Surat I Yohanes 1:9).
3. Dalam doa mengaku dengan sesungguhnya bahwa Saudara menerima Isa Al-Masih sebagai satu-satunya Juruselamat Saudara dari dosa.
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Sura Al Fatihah 6). Kata Yesus [Isa] ... 'Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku' (Injil, Rasul Yohanes 14:6).
4. Dalam doa mintalah Isa Al-Masih memberi hidup yang kekal kepada Saudara.
"... Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya ..." (Injil, Rasul Yohanes 10:28).
Jikalau Saudara mengambil 6 tindakan di atas dan juga mengucapkan doa seperti dijelaskan dalam Tindakan Ke-Enam, kiranya Saudara dapat mengemail kami. Kami senang mendengar tentang keputusan Saudara untuk menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat
Kesaksian Anak HAMAS dari Palestina
Anak Hamas, Mosab Hassan, Meninggalkan Islam
Saya adalah putera dari seorang pemimpin yang paling berpengaruh dalam organisasi militan Hamas di Tepi Barat Palestina dan tumbuh di dalam sebuah keluarga Islam yang taat. Ayah saya adalah orang jujur dan bersahaja, sayang kepada keluarga dan membesarkan kami dengan prinsip-prinsip pengampunan. Oleh karena itu saya menganggap bahwa semua orang Islam seperti itu.
Kekejaman Pengikut Hamas
Ketika saya berusia 18 tahun, saya ditahan di sebuah penjara Israel. Di tempat itu Hamas memiliki kontrol atas anggota-anggota mereka dan saya melihat Hamas menyiksa para tahanan dengan sangat kejam. Walaupun Mereka tidak menyiksa saya, tapi hal itu telah membuat saya shock, melihat mereka menyiksa sesama anggota mereka: menusuk kuku-kuku dengan jarum, membakar tubuh-tubuh mereka, dan juga banyak yang dibunuh. Hal ini dipicu karena rasa curiga mereka yang menganggap korban-korban mereka tersebut telah bekerjasama dengan pihak Israel yang melawan Hamas.
Saya Mulai Membaca Injil
Itulah awal dimana mata saya mulai terbuka lebar bahwa orang Muslim tidak sebaik yang saya pikirkan selama ini. Tidak ada kasih dan pengampunan. Akhirnya saya mulai mendalami Injil, ayat demi ayat, dan memastikan bahwa ini buku Tuhan, pernyataan Tuhan, sehingga saya mulai memandang Injil dengan cara berbeda walaupun tidak mudah bagi saya untuk mengatakan bahwa Islam adalah salah.
Kewajiban Memberi Kesaksian
Saya sangat bersyukur mempunyai keluarga yang terdidik, walaupun saya telah meninggalkan agama ayah saya, namun mereka tidak membenci saya walaupun mereka berkali-kali meminta pada saya untuk menyembunyikan agama saya yang baru ini dan tidak mengumumkannya di media.

Tapi saya diwajibkan Tuhan untuk mengumumkan namaNya dan memujaNya keseluruh dunia karena penghargaan bagi saya adalah bahwa IA akan melakukan hal yang sama bagi saya. Jadi, saya lakukan ini sebagai sebuah kewajiban. Saya harus menguatkan diri. Ini tantangan yang sangat besar dan keputusan yang sangat besar dalam hidup saya. “Karena bagi saya, tujuan hidup saya hanyalah Kristus! Dan mati berarti untung” (Injil, Surat Filipi 1:21).

Kasih yang Rela Menderita
Shamuel adalah pangeran Caucasia (daerah sebelah utara Iran) yang hidup kurang lebih 200 tahun yang lalu. Negerinya terus-menerus berperang melawan bangsa Turki. Dalam suatu peperangan angkatan bersenjatanya mengepung sebuah kota musuh. Seperti biasa, dalam kampanye, ibunya menyertainya. Pada suatu hari ia merencanakan serbuan kilat malam yang tidak terduga pada kota yang dikepung. Sayang, ia dikhianati. Serbuan rahasia diketahui musuh. Musuh bersiap-siaga dan akibatnya bala tentara Pangeran Shamuel kalah.
Dengan kemarahan yang meletus Pangeran Shamuel mengumumkan bahwa, jikalau diketahui atau ditangkap, si pengkhianat akan dicambuk 100 kali. Kemudian dalam kerahasiaan yang luar biasa serbuan malam yang tidak mungkin terduga musuh, sekali lagi direncanakan. Meskipun begitu akibatnya sama. Kali ini pengkhianat diketahui, yaitu ibu kandung Pangeran Shamuel.
Sudah jelas jika Shamuel menghindari menghukum ibunya ia akan dicap sebagai pemimpin yang tidak adil. Tetapi jikalau ibunya dicambuki hingga 100 kali, ibunya pasti akan mati. Apalagi umatnya akan mencemoohkannya sebagai orang yang tidak memiliki belas-kasihan, bahkan terhadap ibunya sendiri!
Sesudah menyendiri selama tiga hari dalam kemahnya, Pangeran terkenal ini keluar menghadapi umatnya. Para tentaranya berkumpul menunggu keputusannya. Dengan sikap serius Shamuel menjelaskan, "Kita telah kalah dalam dua kali peperangan. Karena pengkhianatan ini banyak tentara kita gugur. Tiada pengecualian dan tiada pengampunan. Hukuman harus dijalankan sesuai dengan keputusan awal - 100 kali cambukan buat pengkhianat!! Kebenaran dan keadilan kerajaan saya harus ditetapkan dan dikukuhkan!"
Menanggung hukuman pengkhianatan
Ibunya, yang pucat dan takut gemetar, dipimpin ke tempat di hadapan rakyat. Serdadu yang ditugaskan mulai mengangkat cemetinya - tetapi sebelum cambukan pertama jatuh, Pangeran Shamuel berteriak, "Tunggulah - inilah ibuku!
Sayalah anak kandungnya! Saya, sebagai penggantinya, akan menerima hukumannya. Dengan membuka bajunya ia melangkah ke hadapan rakyat selagi memerintah serdadu tersebut, "Saya jangan dicambuk lebih ringan daripada yang pantas bagi pengkhianat." Jalankanlah tugasmu - cambukilah saya!"
Cambukan demi cambukan jatuh pada Pangeran Shamuel. Ia jatuh pingsan. Dan walaupun disangka semua saksi bahwa ia pasti akan mati, ia siuman dan akhirnya sehat kembali sehingga terus hidup untuk memimpin bangsanya.
Kisah seperti ini, lebih daripada semua kisah lain dalam sejarah dunia, menggambarkan pengorbanan Isa Al-Masih. Kalimah Allah datang ke dalam dunia dalam tubuh manusia. Ia harus menjalankan hukuman yang adil terhadap dosa karena pengkhianatan manusia terhadap Allah. Akibat kasihNya yang sempurna untuk kita maka Ia rela mati ganti kita. Ia mengalami penderitaan salib karena dosa kita. Ia tidak hanya menderita sengsara jasmani karena kita, tetapi Ia juga menerima atau menanggung keaiban, penghinaan dan kebusukan dosa kita sewaktu menderita pada kayu salib.







Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran ..... (Injil, I Petrus 2:24).

Surat dari Negeri yang Jauh
Warisan yang berharga
Saudara pasti senang mendengar cerita mengenai si Abdul Kadir. Konon, Abdul masih berusia 2 tahun ketika ayah dan ibunya meninggal dunia. Mereka meninggalkan suatu warisan yang cukup besar yaitu tanah berhektar-hektar dengan banyak rumah di atasnya. Saudara ayahnya ditunjuk menjadi wali yang harus memeliharanya dan mengurus warisan itu.
Dalam keadaan biasa hal ini tentu baik-baik saja. Tetapi paman Abdul ternyata orang yang licik. Ia membawa anak itu ke suatu tempat yang terpencil, untuk dipelihara oleh seorang kerabatnya. Ternyata di sana pun Abdul mengalami nasib buruk. Selanjutnya pamannya menjual warisan itu untuk dapat berfoya-foya, dan menyebarkan cerita bahwa Abdul telah mati.
Sejak kecil Abdul selalu mendengar cerita bahwa ia adalah seorang yatim piatu yang miskin dan tidak mempunyai apa-apa dan bahwa hidupnya harus bergantung kepada belas kasihan orang lain. Ia terpaksa bekerja keras di ladang seorang tuan tanah untuk mencari nafkahnya. Bahkan untuk bersekolah ia pun tidak ada waktu sehingga hanya tahu membaca dan menulis ala kadarnya.
Surat yang mengubah keadaan
Waktu terus bergulir dan tanpa disadari Abdul telah berusia 22 tahun. Pada suatu hari, ketika ia sedang berada sendirian di rumah majikannya, ada seseorang mengantarkan sepucuk surat kepadanya. Rupanya surat itu dialamatkan kepadanya, sebab namanya tertera di atasnya. Bayangkan, betapa berdebar hatinya ketika melihat surat itu! Belum pernah seumur hidupnya orang menulis surat kepadanya. Ia baru berani membuka surat itu keesokan harinya, ketika berada seorang diri di tengah-tengah ladang tempat ia bekerja. Dengan susah payah ia mencoba membaca surat itu:
Kepada yang terhormat:
Tuan Abdul Kadir bin Mubarak.
Assalam alaikum w.w.
Aku yang menulis surat ini adalah Abdul Aziz, saudara kandungmu. Beberapa tahun yang lalu aku mendengar apa yang terjadi denganmu dan bahwa kamu masih hidup. Aku benar-benar senang mendengarnya, karena aku adalah saudaramu yang seibu. Aku rindu sekali bertemu denganmu.
Abdul, adikku, selama ini kamu tidak tahu bahwa semua orang yang ada di sekelilingmu sesungguhnya adalah musuhmu. Mereka telah mencuri dan merampas habis seluruh harta warisan Ayah, yang sebenarnya adalah hak milikmu. Setelah mengetahui keadaanmu yang menyedihkan itu, aku memutuskan untuk berusaha membeli kembali harta warisanmu itu supaya dapat diserahkan kepadamu. Dengan ini aku beritahukan bahwa harga yang mahal itu telah aku bayar lunas setelah bekerja keras dan hidup menderita selama bertahun-tahun. Sekarang surat-surat pemilikan atas warisan yang besar itu sudah di tanganku. Sementara ini, surat-suratnya kutitipkan kepada Kadi (hakim), yang nama dan alamatnya kulampirkan bersama surat ini. Begitu surat-surat itu kautandatangani, seluruh harta warisan akan menjadi milikmu. Sekarang bawalah surat ini kepada Kadi dan tunjukkan kepadanya. Sesudah itu kita akan berkumpul dan berpesta.
Seumur hidupnya belum pernah Abdul Kadir mengalami hal demikian. Ia tidak tahu apakah dapat mempercayai isi surat itu atau tidak. Apakah ia seorang anak miskin yang tidak mempunyai pilihan lain kecuali bekerja sebagai budak seumur hidupnya hanya demi sesuap nasi? Atau, benarkah ia ahli waris yang berhak atas suatu harta kekayaan yang besar sekali? Ia tidak ingat lagi berapa kali ia membaca ulang surat itu, begitu bingung ia memikirkan hal tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk menyimpan surat itu di bawah sebuah batu besar, agar tidak ketahuan oleh majikannya. Tetapi keesokan harinya ia menceritakannya juga kepada tuannya.
Tuan tanah itu menjadi marah. "Benar-benar tolol kamu ini!" demikian katanya. "Apakah kamu kira hanya ada satu orang di dunia ini yang namanya Abdul Kadir? Pasti surat itu untuk orang lain yang namanya kebetulan sama, pasti itu bukan untukmu."
Tetapi Abdul menjawab: "Tetapi mengapa namaku ada di surat itu? Aku akan mencari alamat pengirimnya untuk mengetahui kebenarannya. Kita lihat saja apa yang akan terjadi nanti."
Majikannya kemudian berusaha membujuknya untuk menunjukkan surat itu kepadanya. Bahkan ia mulai memakai ancaman, tetapi sia-sia saja. Sebelum magrib Abdul menyelinap pergi ke tempat persembunyian surat itu. Dibacanya kembali surat itu sampai berkali-kali.
Malam itu para tua-tua kampung pun mencoba membujuk Abdul. Mereka telah mendengar ceritanya dari majikannya. "Anak muda," demikian kata mereka, "dengarkan nasihat kami dan jangan meremehkan kami sebagai orang yang lebih tua. Janganlah engkau percaya isi surat itu. Pasti orang ini ingin menipu dan mempermainkan kamu. Surat itu tidak benar dan tandatangannya pun palsu. Bawalah surat itu kepada kami, dan akan kami buktikan bahwa surat itu palsu." Tetapi Abdul tetap pada pendiriannya. Akhirnya mereka menjadi marah sekali, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya.







Hati Abdul menjadi bimbang juga setelah mendengar perkataan para tua-tua itu. Bagaimana seandainya benar apa yang mereka katakan itu? Tetapi akhirnya ia memutuskan untuk menyelidiki hal itu lebih jauh. Keesokan harinya ia pergi ke pasar untuk mencari orang yang dapat menunjukkan alamat itu kepadanya. Akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang mengenal kota dari mana surat itu dikirim. Tahun yang lalu ia pernah berkunjung ke kota tersebut. Bahkan orang itu menambahkan: "Di kota itu memang ada seorang bernama Abdul Aziz. Semua penduduk di sana memujinya sebab ia seorang yang baik hati. Mereka mengatakan bahwa Abdul Aziz itu sebenarnya kaya raya. Tetapi entah kenapa, selama beberapa tahun belakangan ini ia hidup seperti orang miskin. IA bekerja keras dan menyisihkan penghasilannya, entah untuk APA, tetapi pasti untuk suatu tujuan yang mulia."
Rupanya orang itu sendiri tidak mengerti apa sebabnya Abdul Aziz hidup menderita demikian. Tetapi mendengar hal itu Abdul Kadir mulai tersenyum, sebab ia mengerti. Hatinya berdebar penuh pengharapan dan sukacita. Ia merasakan suatu kepuasan di hatinya, yang belum pernah dirasakannya seumur hidupnya! Karena ia tahu untuk apa Abdul Aziz bekerja keras seperti itu. Ia melakukannya untuk dia!
Mencapai tujuan
Sekali lagi Abdul memberitahu majikannya bahwa ia hendak pergi ke alamat yang disebutkan. Majikannya kemudian mengancam akan memasukkan Abdul ke dalam penjara kalau ia berani ke sana. Akhirnya Abdul benar-benar dipenjarakan. Tetapi Allah tetap menyertai Abdul. Pada suatu malam ia menggali lubang di bawah tembok penjara itu dan berhasil melarikan diri lewat lubang itu. Di bawah cahaya terang bulan ia mengambil kembali surat yang telah disembunyikannya itu, lalu segera berangkat menuju ke kota tempat tinggal Abdul Aziz itu. Ia terpaksa bersembunyi pada waktu siang hari dan hanya melakukan perjalanan pada malam hari sampai ia berada cukup jauh dari tempat majikannya. Setelah melakukan perjalanan selama beberapa minggu sambil menanyakan arah, tibalah ia di kota itu. Setelah menemukan rumah sang Kadi, diketuknya pintu rumah itu. Selama perjalanan itu tidak terhitung berapa kali ia membaca ulang surat itu! Setiap kali ia membacanya, timbullah suatu harapan dan keberanian di dalam hatinya.
Ketika pak Kadi membuka pintu rumahnya, yang dilihatnya adalah seorang pemuda yang berpakaian compang camping dan kotor. Masakan, beginikah tampangnya ahli waris yang akan menerima kekayaan yang demikian besar itu? Memang, pakaian Abdul lusuh sekali. Bahkan kasut kaki pun tidak ada padanya karena ia terpaksa menjual segala yang dimilikinya untuk membeli bekal untuk perjalanan. Tetapi ketika Abdul mengatakan siapa dia sebenarnya dan menunjukkan surat itu, pak Kadi tersenyum. "Untunglah Saudara kemari," kata pak Kadi. "Abdul Aziz memang sengaja tidak mau memaksa Saudara untuk kemari karena ingin tahu apakah Saudara percaya kepada janjinya dan berani menempuh perjalanan yang sejauh ini. Tetapi buktinya Saudara sudah datang sekarang. Baiklah kita segera mengesahkan surat-surat itu di depan para saksi. Sesudahnya warisan itu menjadi hak Saudara."
Dapatkah engkau bayangkan bagaimana perasaan hati Abdul pada waktu ia hendak tidur malam hari itu? Ia tahu ini bukan hanya suatu mimpi belaka. Ia benar-benar telah menjadi seorang tuan tanah, pemilik sah dari sebidang tanah yang luas dan banyak rumah yang terdapat di atasnya! Ia pun berjanji dalam hatinya untuk mengurus hartanya itu dengan baik.
Tidak perlu untuk diceritakan betapa bahagianya Abdul semenjak hari itu dan bagaimana ia mengagumi segala harta benda yang kini telah menjadi miliknya itu. Tetapi lebih dari itu, ia rindu sekali untuk bertemu dengan Abdul Aziz, abangnya yang baik itu. Ia tidak dapat melupakan bahwa dialah yang telah berjuang keras untuk memperoleh kembali warisan itu dan memberikannya kepadanya. Sesungguhnya, yang paling berharga baginya bukan warisan itu sendiri, melainkan abangnya itu yang telah menebusnya kembali baginya!
Saudaraku, sebenarnya demikian juga halnya dengan Saudara. Untuk Saudara juga ada sepucuk surat yang dikirim dari suatu tempat yang jauh. Surat itu adalah kitab Injil yang berasal dari Surga. Surat itu memberitahukan bahwa Allah telah menyediakan suatu warisan bagi Saudara. Warisan ini bukanlah suatu harta di dunia yang dapat lenyap dan dicuri orang, melainkan suatu warisan yang suci, yang sempurna dan yang kekal. Warisan yang kekal ini antara lain adalah pengampunan atas semua dosa-dosamu, keselamatan untuk jiwamu, suatu kehidupan yang baru, dan perdamaian dengan Allah. Tahukah Saudara bahwa Allah telah mewariskan warisan surgawi ini kepadamu dan juga kepada seluruh anak manusia?
Warisan dari Allah untuk umat-Nya
Surat itu juga menerangkan bagaimana caranya warisan besar ini telah disiapkan bagi Saudara. Di dalamnya diceritakan bagaimana Allah mengutus Isa Al Masih yang mulia untuk berjuang dan menderita bagimu. Demi Saudara, Isa al Masih telah meninggalkan segala kekayaan dan kemegahan yang dimiliki-Nya bersama Allah di surga dan mengorbankan kehidupan-Nya. Ia bahkan turun ke dunia ini menjadi seorang manusia, untuk mengorbankan kehidupan-Nya sampai mati bagimu. Kemudian Ia kembali dari alam maut sebagai jaminan dari Allah bahwa warisan-Nya benar-benar telah menjadi hak milikmu.
Tetapi mengapa Isa Al-Masih yang mulia telah melakukan hal itu bagimu? Menurut surat tadi, hal itu adalah karena tadinya Saudara berada dalam kekuasaan Iblis yang memusuhi Saudara. Iblis telah berusaha mencuri dan merampas warisan itu dari Saudara. Iblis senang jika engkau tetap tidak tahu menahu mengenai warisan yang adalah hak milik Saudara yang sah itu. Tetapi karena rahmat Allah, Isa Al-Masih yang mulia telah berjuang untuk memperoleh kembali warisan Saudara itu dan untuk membebaskan Saudara dari cengkeraman Iblis.
Percayakah Saudara akan janji Allah ini? Maukah engkau untuk meninggalkan kehidupanmu yang lama yang penuh dosa dan diperbudak oleh Iblis itu? Bersediakah engkau menerima anugerah besar yang hendak diberikan Allah kepadamu?
Sudah pasti akan ada orang-orang yang akan berusaha menghalang-halangi Saudara. Mereka akan mengatakan, bahwa tidak perlu untuk meninggalkan kehidupanmu yang lama. Akan ada juga yang mengatakan bahwa Surat Injil itu ditujukan kepada orang yang lain, bukan kepada Saudara. Akan ada yang mengatakan bahwa surat itu palsu, bahwa isinya tidak benar, dan bahwa apa yang dijanjikannya itu sebenarnya tidak ada.




Ketahuilah Saudara, bahwa surat itu benar-benar ditujukan kepadamu, bahkan surat itu adalah untuk semua orang yang berdosa. Bacalah surat itu dengan seksama dan dengan hati yang terbuka. Setelah Saudara melihat bahwa isinya memang benar dan betapa mahal harganya warisan kekal ini, hati Saudara akan begitu senang, sama seperti yang dialami oleh Abdul Kadir. Kehidupan Saudara akan menjadi bahagia karena mendapatkan pengampunan, perdamaian, dan suatu kehidupan baru, yang menjadi milikmu atas hasil perjuangan Isa Al-Masih yang mulia itu. Selanjutnya Saudara akan begitu merindukan untuk bertemu dengan Isa Al-Masih itu, untuk menyatakan terima kasih kepada-Nya dan untuk berpesta dengan Dia pada waktu Ia datang kembali dari Sorga kelak.
Allah Maha Besar! Terpujilah Tuhan, karena sungguh ajaib sekali segala sesuatu yang dikerjakan oleh-Nya!
Jikalau Saudara ingin menerima satu jilid Perjanjian Baru (Injil Muqaddas), tanpa bayar, silahkan mengikuti kursus “Dialog Agama, Isa dan Islam.” Apabila tamat, yaitu menyelesaikan 24 pelajaran singkat Saudara akan meraih satu Jilid Perjanjian Baru. Saudara dapat mengikuti kursus ini dengan mengklik pada kotak putih di sebelah bawah kanan pada halaman http://www.isadanislam.com/maksud-situs-ini/tujuan-kursus-dialog-agama
 





Penolakan yang Mengherankan
Abu Gafur adalah seorang tokoh konglomerat besar yang tinggal di sebuah rumah yang indah di ibu kota bersama anak dan isterinya. Kelima anaknya semua perempuan, kecuali yang bungsu. Anak lelaki satu-satunya yang lahir belakangan itu diberi nama Rachmat Hidayat dan benar-benar merupakan sumber kebanggaan dan kebahagiaan Abu Gafur di hari tuanya. Betapa tidak, karena Pak Gafur sudah berumur 58 tahun pada waktu putranya dilahirkan. Ia sungguh tidak menyangka bahwa ia masih akan mendapatkan keturunan seorang anak lelaki.
Setelah menjadi besar, Rachmat rajin belajar di sekolah dan ia hormat sekali kepada ayahnya yang sudah lanjut usia itu. Ia berusaha untuk menyenangkan hati bapaknya, sampai-sampai ia selalu menanyakan pendapatnya sebelum melakukan sesuatu. Sebuah petunjuk dari hadits al-Bukhari, yang sering dikutip oleh guru agamanya, sungguh-sungguh dihayati olehnya: "Barangsiapa menghormati ayah dan ibunya akan diberkati, Allah akan memberi panjang umur kepadanya."
Selanjutnya Abu Gafur menyekolahkan Rachmat di perguruan tinggi yang paling top di negeri itu. Rachmat pun tekun belajar dan berhasil menjadi mahasiswa dengan nilai terbaik. Ia sangat disegani oleh teman-teman sekolahnya, karena tidak pernah menyombongkan dirinya sebagai orang yang kaya. Dalam menjalankan ibadahnya pun ia tidak pernah lalai, jarang sekali ia lupa untuk bersembahyang.
Perkebunan yang menguntungkan
Adapun sebagian kecil dari seluruh harta kekayaan Abu Gafur berasal dari keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah proyek perkebunan karet di luar negeri. Perkebunan yang luasnya 180.000 hektar itu merupakan peninggalan almarhum ayahnya ketika mereka masih tinggal di luar negeri. Abu Gafur sendiri hijrah dari negeri itu pada usia 16 tahun, dan selanjutnya memilih tinggal di ibu kota. Ketika akan kembali dari perantauan, ia memberikan surat kuasa kepada saudara sepupunya untuk mengurus perkebunan itu, tetapi sejak itu ia tidak pernah kembali lagi ke sana.
Perkebunan itu terletak di sebuah pulau, di sebuah lereng gunung yang berbatasan dengan pesisir pantai. Indah sekali pemandangan alam di tempat itu. Semua orang yang bekerja di perkebunan itu dilahirkan dan dibesarkan di pulau tersebut. Kebanyakan dari orang tua mereka juga dilahirkan dan dibesarkan di sana. Masing-masing keluarga di perkebunan telah mendapatkan kapling untuk rumah dan halaman mereka sendiri, tanpa harus membayar sepeser pun. Semuanya memiliki rumah sendiri. Sedemikian makmurnya keadaan mereka, sehingga kompleks perumahan mereka akhirnya berhasil mereka kembangkan menjadi sebuah kota kecil, yang dihuni oleh 1.000 kepala keluarga. Tentu saja, semuanya itu dimungkinkan hanya karena kemurahan dan kebaikan hati Abu Gafur, sebab sebagian besar penghasilan dari perkebunan besar itu tidak pernah dipungut olehnya sebagai pemilik. Hampir seluruh penghasilan dipakai untuk membiayai pembangunan perkotaan dan peningkatan kesejahteraan para buruh perkebunan. Abu Gafur hanya memungut lima persen dari keuntungan yang diperoleh, yang harus dikirim kepadanya sekali setahun. Baginya yang penting adalah bahwa seluruh pegawai perkebunan dapat menikmati hasil keringat mereka sendiri.
Konon, setelah Rachmat menyelesaikan studinya di universitas, Pak Gafur menyuruhnya bekerja di salah satu perusahaannya. Di sini pun, Rachmat ternyata selalu menyenangkan hati bapaknya. Ia menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan baik sekali. Ia benar-benar jujur dan adil, tidak pernah ia bertindak curang terhadap bawahannya. Ia selalu menghormati para pegawai dan memberikan imbalan yang pantas kepada mereka. Beberapa tahun kemudian, ketika Pak Gafur sudah menginjak usia 85 tahun, ia pun menyerahkan seluruh perusahaannya untuk dipimpin langsung oleh anaknya.
Apa mau dikata, beberapa waktu kemudian saudara sepupu Abu Gafur meninggal dunia. Tetapi sejak semula Abu Gafur sudah meninggalkan pesan agar seluruh pegawai dan warga perkebunan segera memilih pengurus mereka sendiri. Demikianlah, pilihan warga jatuh kepada Poernomo, seorang penduduk pulau itu yang belum mengenal Abu Gafur. (Memang di antara penduduk pulau itu tidak ada seorang pun yang pernah bertemu dengan Abu Gafur. Bahkan fotonya pun belum pernah mereka lihat. Mereka pernah mendengar namanya, tetapi sama sekali tidak tahu siapakah dia sebenarnya).
Segala sesuatu berjalan lancar, sampai Pak Gafur memperhatikan bahwa tahun itu mereka belum menerima kiriman uang sebesar lima persen dari pembagian keuntungan perusahaan, sebagaimana lazimnya tiap akhir tahun. Karena pikirnya mungkin uang itu hilang dalam perjalanan, ia segera menyuruh Rachmat untuk menulis surat, menanyakan kepada pengurus perkebunan mengenai kiriman uang itu. Tetapi enam bulan berlalu tanpa ada jawaban. Akhirnya diputuskan agar Rachmat datang sendiri untuk memeriksa keadaan perkebunan tersebut.
Anak sebagai utusan yang ditolak
Setelah sampai di perkebunan karetnya di luar negeri, Rachmat segera menghubungi pengurus perkebunan. Mula-mula Poernomo, pimpinan perkebunan yang baru itu menyambut kedatangan Rachmat dengan cukup sopan. Ia mempersihlakan tamunya duduk di kantornya dan menghidangkan minuman teh kepadanya. Kemudian ia bertanya, "Bolehkah saya tahu, siapakah Saudara dan apa maksud kedatangan Saudara?" Rachmat menjawab, "Nama saya Rachmat Hidayat, putra Abu Gafur. Pak Gafur sudah terlalu tua sekarang, karena itu ia menyerahkan seluruh perusahaan keluarga kepada saya, sebagai anak laki-laki satu-satunya. Maksud kedatangan saya adalah untuk menanyakan mengenai pembagian keuntungan perusahaan yang belum kami terima untuk tahun ini." Ketika Poernomo mendengar hal itu, air mukanya langsung berubah. Lalu ia menjawab, "Kami sudah lama mendengar mengenai Abu Gafur, tetapi kami belum pernah mendengar nama Saudara. Sekarang Saudara mengaku sebagai anaknya, tetapi kami perlu melihat dulu buktinya!" Rachmat agak terkejut dengan perubahan sikap Poernomo yang tiba-tiba itu, tetapi ia menahan diri untuk tidak menjadi marah. Ia mengeluarkan surat yang telah disiapkan, yang ditandatangani oleh ayahnya, lengkap dengan cap perusahaan. Surat itu menyatakan bahwa Rachmat adalah putra Abu Gafur. Sejenak lamanya Poernomo membaca surat itu, tetapi kemudian ia berkata, "Saya belum percaya. Siapa tahu surat ini telah dipalsu. Nanti malam saya akan menyuruh seluruh karyawan untuk berkumpul, dan Saudara boleh bicara dengan mereka. Nanti kita akan melihat, apakah mereka percaya bahwa Saudara adalah putra Abu Gafur."
Malam hari itu lebih dari 1.000 orang pegawai berkumpul. Poernomo memperkenalkan Rachmat Hidayat dan mengatakan bahwa Rachmat mengaku sebagai putra Abu Gafur. Selanjutnya Rachmat dipersihlakan untuk menjawab semua pertanyaan yang akan diajukan oleh para pekerja itu. Rachmat mulai dengan berkata bahwa ia membawa salam dari ayahnya, dan bahwa ia dan ayahnya mengharapkan mereka semua dalam keadaan baik-baik, dan bahwa baik ayahnya maupun ia sendiri merasa berterima kasih atas pekerjaan yang telah mereka lakukan di perkebunan selama ini. Kemudian ia memberitahukan mereka bahwa selama 69 tahun ini ayahnya telah menerima pembagian keuntungan sebesar lima persen setiap tahun, tetapi mulai sekarang Pak Gafur bersedia menurunkan hak tahunannya menjadi dua persen saja. Baru saja ia mengatakan demikian, tiba-tiba suasana menjadi gaduh karena orang-orang berteriak, "Tidak, Kami tidak percaya Saudara putra Abu Gafur! Jangan kira kami akan membayar Saudara, biar lima persen atau dua persen! Tidak sepeser pun akan kami berikan kepadamu! Ini adalah perkebunan milik kami sendiri! Kami tidak mengenal Saudara, kami juga tidak mengenal siapa itu Abu Gafur!" Suasana menjadi ribut sekali. Hati Rachmat menjadi ciut. Ia segera melangkah keluar dari gedung pertemuan, maksudnya untuk meninggalkan perkebunan dan meminta bantuan dari polisi setempat. Sementara ia berjalan menuju pintu keluar, orang-orang bersiul dan menyoraki dia, bahkan ada yang meludahinya. Belum sampai di pintu, seseorang memukul dia dan seorang yang lain menjatuhkan dia ke lantai. Lalu mereka beramai-ramai menyerang dia dan menginjak-injak badannya. Rachmat berteriak keras meminta mereka berhenti. Tetapi mereka tidak mau berhenti, bahkan ada yang menendang kepalanya dan mukanya, sehingga berlumuran darah. Beberapa saat kemudian Rachmat mati terkapar di lantai gedung itu. Ia menemui ajalnya, setelah diinjak-injak warga perkebunan yang serakah dan tidak mempunyai rasa terima kasih itu. Akhirnya semua orang pulang ke rumah mereka masing-masing.
Demikianlah akhir yang menyedihkan dari kisah mengenai hartawan tua yang baik hati itu. Ia seorang yang begitu mencintai sesamanya. Ia telah melakukan begitu banyak kebaikan terhadap mereka. Tetapi betapa tega dan kejamnya penduduk pulau itu, sehingga mereka pada akhirnya menolak, bahkan membunuh anak kesayangannya yang satu-satunya itu.
Saudara, sesungguhnya, ada sesuatu yang luar biasa dibalik ceritera ini, yang perlu Saudara ketahui. Tahukah Saudara, bahwa pada dasarnya Saudara dan penulis sendiri tidak begitu banyak berbeda dari orang-orang yang telah membunuh Rachmat Hidayat tadi? Seperti warga perkebunan itu, Allah telah memelihara diri kita dan keluarga kita dengan begitu baik selama ini, jauh lebih baik dari pada Abu Gafur menjamin kehidupan dan kesejahteraan para pegawai di perkebunannya.
Dan sebagaimana para pegawai perkebunan itu belum pernah melihat Abu Gafur, hartawan yang menjamin kehidupan mereka selama bertahun-tahun itu, demikian juga kita semua belum pernah melihat Allah.
Isa Al-Masih utusan Allah yang ditolak manusia
Kita juga mempunyai persamaan dengan para pekerja perkebunan itu, oleh karena kita pun telah bersalah dan menolak utusan istimewa Allah. Siapakah utusan itu? Dengan menjelma sebagai manusia, Allah telah mendatangi dunia kita ini dalam ujud seorang manusia, yang bernama Isa Al-Masih, yaitu Kalam Allah. Kita menolak-Nya padahal kedatangan-Nya adalah untuk membantu kita, supaya hubungan kita dengan Allah yang terputus dapat diperbaiki kembali. Kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk melunasi hutang dosa kita, untuk membebaskan kita dari belenggu dan perbudakan dosa. Tetapi umat manusia pada umumnya telah menolak Dia sebagai jembatan keselamatan untuk meninggalkan dosa. Sama seperti orang-orang Yahudi yang hidup 2.000 tahun yang lalu, yang langsung bertatap muka dengan Isa Al-Masih sendiri, kita yang hidup di masa kini juga telah menolak Dia. Bahkan kita enggan untuk mendengar mengenai peristiwa sejarah yang mencatat bahwa Ia telah mati disalibkan karena dosa-dosa kita. Pada hakekatnya, kebanyakan manusia tidak mau tunduk kepada kedaulatan Allah, yang diungkapkan melalui Isa Al-Masih itu.
Tetapi ada sesuatu yang dilakukan oleh Isa Al-Masih, yang tidak mungkin dilakukan oleh Rachmat Hidayat. Setelah mati di kayu salib dan dikuburkan selama tiga hari, akhirnya Isa Al-Masih bangkit dari alam maut. Kini Isa Al-Masih telah hidup kembali, dan selama 2.000 tahun belakangan ini Ia tiada henti-hentinya menghimbau supaya semua manusia bertobat dari dosa-dosa mereka dan menerima pertolongan-Nya sebagai Juruselamat, supaya terhindar dari hukuman api neraka yang kekal. Di dalam Injil yang Kudus, Al-Masih berkata: "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka [yang menyambut Aku] dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu" (Injil Yohanes 10:28). Dikatakan juga di dalam Firman Allah, "Ia sendiri [Isa Al Masih] telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran...." (Surat I Petrus 2:24). Tetapi sampai sekarang pun, berjuta-juta orang di seluruh dunia masih tetap menolak Dia sebagai harapan dan jalan keluar mereka satu-satunya untuk diselamatkan dari kutuk dosa. Sungguh suatu penolakan yang mengherankan!
Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara juga akan menolak Isa Al-Masih, Juruselamat itu, seperti para buruh perkebunan yang menolak Rachmat Hidayat? Atau maukah Saudara mulai sekarang datang kepada Allah, memohon ampun atas segala dosa Saudara dan meminta Isa Al-Masih, Juruselamat dunia, menyelamatkan jiwa Saudara? Inilah saatnya untuk menerima keselamatan! Sambutlah Isa Al-Masih sebagai Juruselamat Saudara sekarang juga!
Seandainya Saudara memerlukan lebih banyak keterangan mengenai Isa Al-Masih dan bagaimana caranya Isa Al-Masih dapat membebaskan Saudara dari dosa dan menjamin Saudara masuk surga untuk selama-lamanya, dengan ini kami menawarkan kepada Saudara untuk mengikuti suatu kursus yang kami selenggarakan secara cuma-cuma. Judul kursus tertulis itu: DIALOG AGAMA, ISA DAN ISLAM. Setelah Saudara selesai mempelajari 24 pelajaran yang pertama, kami akan mengirimkan secara cuma-cuma kepada Saudara sebuah Kitab Injil Isa Al-Masih. Saudara dapat masuk kursus dengan mengklik pada kotak kecil di sebelah kiri bawah berjudul “Masuk Kursus Isa dan Islam” pada http://www.isadanislam.com/index.php/maksud-situs-ini/dialog-agama

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment